Recent Posts

    FILSAFAT PENDIDIKAN EKSISTENSIALISME


    BAB I
    PENDAHULUAN
    A. Latar Belakang
    Dalam filsafat dibedakan antaraesensia daneksistensia. Esensia membuat benda, tumbuhan, binatang dan manusia. Oleh esensia, sosok dari segala yang ada mendapatkan bentuknya. Oleh esensia, kursi menjadi kursi. Pohon mangga menjadi pohon mangga. Harimau menjadi harimau. Manusia menjadi manusia. Namun, dengan esensia saja, segala yang ada belum tentu berada. Kita dapat membayangkan kursi, pohon mangga, harimau, atau manusia. Namun, belum pasti apakah semua itu sungguh ada, sungguh tampil, sungguh hadir. Di sinilah peran eksistensia.
    Eksistensia membuat yang ada dan bersosok jelas bentuknya, mampu berada, eksis. Oleh eksistensia kursi dapat berada di tempat. Pohon mangga dapat tertanam, tumbuh, berkembang. Harimau dapat hidup dan merajai hutan. Manusia dapat hidup, bekerja, berbakti, dan membentuk kelompok bersama manusia lain. Selama masih bereksistensia, segala yang ada dapat ada, hidup, tampil, hadir. Namun, ketika eksistensia meninggalkannya, segala yang ada menjadi tidak ada, tidak hidup, tidak tampil, tidak hadir. Kursi lenyap. Pohon mangga menjadi kayu mangga. Harimau menjadi bangkai. Manusia mati. Demikianlah penting peranan eksistensia. Olehnya, segalanya dapat nyata ada, hidup, tampil, dan berperan
    B. Batasan Masalah
    a. Apa pengertian eksistensialisme?
    b. Bagaimana pemikiran eksistensialisme tentang pendidikan?
    c. Apa pandangan eksistensialisme tentang komponen pendidikan?




    BAB II
    PEMBAHASAN
    FILSAFAT PENDIDIKAN EKSISTENSIALISME
    A. Pengertian Eksistensialisme
    Eksistensialisme berasal dari kata eks “ke luar”, dan sistensi atau sisto “berdiri atau menempatkan”. secara umum berarti manusia dalam keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaannya ditentukan oleh akunya karna manusia selalu terlihat di sekelilingnya,sekaligus sebagai miliknya. Upaya untukmenjadi miliknya itu manusia harus berbuat menjadikan atau merencanakan, yang berdasar pada pengalaman yang konkret.
    Eksistensialisme ialah aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya, artinya bagaimana manusia berada dalam dunia.[1]Filsafat eksistensialisme itu unik yakni memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Filsafat-filsafat lain berhubungan dengan pengembangan sisitem pemikiran untuk mengidentifikasi dan memahami apa yang umum pada semua realitas, keberadaan manusia, dan nilai. Secara umum, eksisitensialisme menekankan pilihan kreatif, subjektivitas pengalaman manusia, dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas.
    Eksistensialisme sangat berhubungan dengan pendidikan karena pusat pembicaraan eksistensialisme adalah keberadaan manusia sedangkan pendidikan hanya dilakukan oleh manusia. Eksistensi merupakan keadaan tertentu yang lebih khusus dari sesuatu. Apapun yang bereksistesi tentu nyata ada. Sesuatu dikatakan bereksistensi jika sesuatu itu bersifat public yang artinya objek itu sendiri harus dialami oleh banyak orang yang melakukan pengamatan.
    Seperti juga halnya, perasaan anda yang tertekan tidak bereksistensi, meskipun perasaan itu nyata ada dan terjadi dalam diri anda. Apa yang bersifat public kiranya selalu menempati  ruang dan terjadi dalam waktu. Oleh karena itu eksistensi sering dikatakan berkenaan dengan objek-objek yang merupakan kenyataan dalam ruang dan waktu.[2]
    Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia.
    Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu makhluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkrit.
    Ada beberapa ciri eksistensialisme, yaitu, selalu melihat cara manusia berada, eksistensi diartikan secara dinamis sehingga ada unsur berbuat dan menjadi, manusia dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka dan belum selesai, dan berdasarkan pengalaman yang konkrit. Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas
    menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
    Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat, khususnya tradisi filsafat Barat. Eksistensialisme mempersoalkan keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu dihadirkan lewat kebebasan. Pertanyaan utama yang berhubungan dengan eksistensialisme adalah melulu soal kebebasan. Apakah kebebasan itu? bagaimanakah manusia yang bebas itu? dan sesuai dengan doktrin utamanya yaitu kebebasan, eksistensialisme menolak mentah-mentah bentuk determinasi terhadap kebebasan kecuali kebebasan itu sendiri.
    Dalam studi sekolahan filsafat eksistensialisme paling dikenal hadir lewat Jean-Paul Sartre, yang terkenal dengan diktumnya "human is condemned to be free", manusia dikutuk untuk bebas, maka dengan kebebasannya itulah kemudian manusia bertindak. Pertanyaan yang paling sering muncul sebagai derivasi kebebasan eksistensialis adalah, sejauh mana kebebasan tersebut bebas? atau "dalam istilah orde baru", apakah eksistensialisme mengenal "kebebasan yang bertanggung jawab"? Bagi eksistensialis, ketika kebebasan adalah satu-satunya universalitas manusia, maka batasan dari kebebasan dari setiap individu adalah kebebasan individu lain.
    Namun, menjadi eksistensialis, bukan melulu harus menjadi seorang yang lain daripada yang lain, sadar bahwa keberadaan dunia merupakan sesuatu yang berada diluar kendali manusia, tetapi bukan membuat sesuatu yang unik ataupun yang baru yang menjadi esensi dari eksistensialisme. Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri, dan sadar akan tanggung jawabnya dimasa depan adalah inti dari eksistensialisme. Sebagai contoh, mau tidak mau kita akan terjun ke berbagai profesi seperti dokter, desainer, insinyur, pebisnis dan sebagainya, tetapi yang dipersoalkan oleh eksistensialisme adalah, apakah kita menjadi dokter atas keinginan orangtua, atau keinginan sendiri.[3]
    Pendapat lain, menyatakan “eksistensialisme” merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar. Manusia juga dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi (berbuat), mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret.[4]
    B. Pemikiran Eksistensialisme Tentang Pendidikan
    Pemikiran tentang eksistensialisme memiliki pengaruh yang cukup besar dalam dunia filsafat. Nama eksistensialisme memang hanya disenangi oleh Jean Paul Sastre[5] (1905-1980), filosof Prancis terkenal, penulis, dan penulis naskah drama, menjadi yang paling bertanggung jawab untuk penyebaran gagasan eksistensialime yang luas.[6]Filosof-filosof lain dari aliran ini lebih senang disebut filosof eksistensi. Diantara mereka adalah S. Aabye Kierkegaard (1813-1855), Friedrickh Nietzsche (1844-1900), Karl Jaspers (1883-1969), Martin Heidengger (1889-1976), Gabriel Marcel (1889-1973), dan M. Merleau Ponty (1908-1961).
    Tanpa kita sadari, ternyata filsafat sudah merebak dan menyelusup ke relung-relung kehidupan sosial. Ia sudah bukan lagi sesuatu yang asing dan memaksa orang untuk mengerutkan kening lagi. Wacana filsafat bukan saja telah berpengaruh terhadap sosiologi, sastra, ataupun psikologi, tetapi juga jauh ke dunia bisnis dan komunikasi.
    Karya Tom Morris berjudul Sang CEO Bernama Aristoteles (Mizan, 2003), misalnya, merupakan contoh buku yang mengandaikan seorang CEO memiliki pemikiran sebijaksana Aristoteles. Oleh karna itu, sama halnya dengan yang dilakukan Julian Banggini dalam bukunya, menggunakan filsafat sebagai alat untuk menyoroti fenomena pemberitaan yang dipaparkan media massa. Eksistensialisme adalah sebagai suatu ajaran yang menyebabkan hidup manusia menjadi mungkin. Eksistensialisme juga merupakan suatu ajaran yang mengafirmasi bahwa setiap kebenaran dan setiap tindakan mengandung sebuah lingkungan dan suatu subjektivitas manusia.[7]Ada beberapa pemikiran yang sangat menonjol dikalangan eksistensialisme. Antara lain:
    1. Realitas
    Menurut eksistensialitas, ada dua jenis filsafat tradisional yaitu filsafat spekulatif dan skeptis. Filsafat spekulatif menjelaskan  tentang hal-hal yang fundamental tentang pengalaman, dengan berpangkal pada realitas yang lebih dalam yang secara inheren telah ada dalam diri individu. Filsafat skeptik berpandangan bahwa semua pengalaman manusia adalah palsu, tidak ada satupun yang dapat kita kenal dari realitas.
    Mereka berpendapat bahwa konsep metafisika adalah bersifat sementara.
    Paham ekistensialisme bukan hanya satu, melainkan terdiri dari berbagai pandangan yang berbeda-beda. Namun, pandangan-pandangan tersebut memiliki beberapa persamaan, sehingga pandangan-pandangan mereka dapat digolongkan filsafat eksistensialisme. Persamaan-persamaan tersebut antara lain :
    a. Motif pokok dari filsafat eksistensialisme ialah cara manusia berada,hanya manusialah yang pereksistensi.
    b. Bereksistensi harus diartikan secara dinamis, bereksistensi berarti menciptakan dirinya secara aktif, berbuat, menjadi dan memecahkan.
    c. Eksistensialisme memberi tekanan pada pengalaman konkrit, pengalamanyang eksistensial (Harun Hadiwijono, 1980.
    2. Pengetahuan
    Teori pengetahuan eksistensialisme banyak dipengaruhi oleh filsafat fenomologi,suatu pandangan yang mengambarkan penampakan benda-benda dan peristiwa-peristiwa sebagaimana banda-benda tersebut menampakkan dirinya terhadap kesadaran manusia. Pengetahuan manusia tergantung pada pemahamannya tentang realitas, tergantung pada interpretasi manusia terhadap realitas. Pengetahuan yang diberikan disekolah bukanlah sebagai alat untuk memperoleh pekerjaan atau karir anak, melainkan dapat dijadikan alat perkembangan dan alat pemenuhan diri (Usiono, 2006: 137).
    3. Nilai
    Pemahaman eksistensi terhadap nilai, menekankan kebebasan dalam bertindak. Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita, melainkan suatu potensi untuk suatu tindakan. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, namun untuk menentukan pilhan yang terbaik itu yang paling sulit. Berbuat akan menghasilkan akibat, dimana seseorang kan menerima akibat dari perbuatannya.
    4. Pendidikan
    Secara relatif, eksistensialisme tidak begitu dikenal dalam dunia pendidikan, tidak menampakkan pengaruh yang besar pada sekolah. Sebaliknya, penganut eksistensialisme kebingungan dengan apa yang akan mereka temukan melalui pembangunan pendidikan.  Mereka menilai bahwa tidak ada yang disebut pendidikan, tetapi bentuk propaganda untuk memikat orang lain. Mereka juga menunjukkan bahwa bagaimana pendidikan memunculkan bahaya yang nyata, sejak penyiapan murid sebagai konsumen atau menjadikan mereka penggerak mesin pada teknologi industri dan birokrasi modern. Malahan sebaliknya pendidikan tidak membantu membentuk kepribadian dan kreativitas, sehingga para eksistensialis mengatakan sebagian besar sekolah  melemahkan dan mengganggu atribut-atribut esensi kemanusiaan.
    Mereka mengkritik kecenderungan masyarakat masa kini dan praktik pendidikan bahwa ada pembatasan realisasi diri karena ada tekanan sosio-ekonomi yang membuat persekolahan hanya menjadi pembelajaran peran tertentu. Sekolah menentukan peran untuk kesuksesan ekonomi seperti memperoleh pekerjaan dengan gaji yang tinggi dan menaiki tangga menuju ke kalangan ekonomi kelas atas; sekolah juga menentukan tujuan untuk menjadi warga negara yang baik, juga menentukan apa yang menjadi kesuksesan sosial di masyarakat. Siswa diharapkan untuk belajar peran-peran ini dan berperan dengan baik pula.Eksistensialitas sebagai filsafat sangat menekankan individualitas, dalam hubungannya dengan pendidikan sangatt erat sekali, kerena keduanya bersinggungan satu masalah dengan masalah yang lainnya, yaitu manusia, hidup, hubungan antara manusia, hakikat kepribadian, dan kebebasan. Pendidikan, proses pembelajaran harus berlangsung sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, tidak ada pemaksaan penguasaan pengetahuanm sikap dan keterampilan, melainkan ditaawarkan. Tuntutlah peserta didik agar dapat menemukan dirinya dan kesadaran akan dunianya. Guru hendaknya memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu menemukan makna dari kehidupan mereka (TIM Pengajar UNIMED, 2011: 32).
    5. Tujuanpendidikan
    Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri. Setiap individu memiliki kebutuhan dan perhatian yang spesifik berkaitan dengan pemenuhan dirinya, sehingga dalam menentukan kurikulum tidak ada kurikulum yang pasti dan berlaku secara umum.
    Kurikulum pada sekolah menurut eksistensialis haruslah  terbuka terhadap perubahan karena  ada dinamika dalam konsep kebenaran, penerapan, dan perubahan-perubahannya. Melalui perspektif tersebut, siswa harus  memilih mata pelajaran yang terbaik. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa mata pelajaran dan pendekatan kurikuler pada filsafat tradisional tidak diberi tempat.
    6. Peranan guru
    Urusan manusia yang paling berharga yang mungkin paling bermanfaat dalam mengangkat pencarian pribadi akan makna merupakan proses edukatif. Sekalipun begitu, para guru harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu mereka menemukan makna dari kehidupan mereka. Guru harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa dengan seksama sehingga siswa mampu berfikir relatif dengan melalui pertanyaan-pertanyaan. Dalam arti, guru tidak mengarahkan dan tidak memberikan interuksi. Guru hadir dalam kelas dengan wawasan yang luasa agar betul-betul menghasilkan diskusi yang memuaskan tentang mata pelajaran. Diskusi adalah salah satu metode utama dalam pandangan eksistensialisme.[8]
    C. Pandangan Eksistensialisme Tentang Komponen Pendidikan
    Pandangan eksistensialis adalah suatu doktrin yang memungkinkan kehidupan manusia. Eksistensialime mengajarkan bahwa tiap kebenaran dan tiap tindakan mengandung keterlibatan lingkungan dan subyektifitas manusia.Martin Haidegger Menurut Martin Haidegger bahwa keberadaan hanya akan dapat dijawab melalui jalan Anologi, artinya jika persoalan ini dihubungkan dengan manusia dan dicari artinya dalam hubungan ini. Metode untuk ini adalah Metode Fenomenologis. Jadi yang penting adalah menemukan arti keberadaan itu. Satu-satunya yang berada dalam arti yang sesungguhnya adalah beradanya manusia. Keberadaan benda-benda terpisah dengan yang lain, sedang beradanya manusia mengambil tempat di tengah- tengah dunia sekitarnya. Untuk itu manusia harus keluar dari dirinya dan berdiri ditengah-tengah segala yang berada. Desein manusia disebut juga dengan eksistensi. Bicara adalah asas yang eksistensial bagi kemungkinan untuk berbicara dan berkomunikasi bagi manusia. Secara apriori manusia telah memiliki daya untuk berbicara, sambil berbicara ia mengungkapkan diri, pengungkapannya adalah sebuah dalam rangka rencana yang telah diarahkan ke arah tertentu.Friedrich Wilhelm Nietzsche Dilahirkan di Rocken, Prusia, pada tanggal 15 Oktober 1844. Nietzsche sangat menaruh perhatian pada masalah moral dan nilai. Memandang bahwa moralitas yang ada dimasyarakat sering digunakan untuk melayani tujuan-tujuan yang tidak bermoral, Nietzsche pun menyerukan evaluasi ulang terhadap seluruh nilai-nilai. Ia menegaskan, tidak ada penentu akhir atas nilai-nilai itu diluar pengalaman kepuasan (satisfaction). Penolakan Nietzsche terhadap standar moral yang absolute jelas sangat berpengaruh pada Sarte dan Albert Camus. Namun kecendrungan Nietzsche untuk menolak bahwa manusia bertindak secara bebas, serta pandangan Nietzsche tentang naturalism biologis, menempatkannya pada jarak tertentu dari Eksistensialisme. Nietzsche bahkan mengusulkan suatu seleksi yang drastis untuk tujuan melahirkan manusia-manusia agung, antara lain dengan jalan eugenika serta. memberikan pendidikan-pendidikan yang istimewa kepada mereka yang kuat dan cerdas. Akan tetapi Nietzche menegaskan bahwa kecerdasan saja tidak cukup untuk menumbuhkan seseorang yang agung. Manusia agung hanya ditumbuhkan oleh gabungan yang harmonis antara 3 hal yaitu Kekuatan, kecerasdasan, dan kebanggaan. Menurut Nietzsche, demokrasi adalah suatu gejala yang menunjukkan bahwa suatu masyarakat sudah menjadi busuk, dan tidak mampu lagi melahirkan pemimpin- pemimpin yang Agung. Demokrasi adalah pemerintahan hanya kaum dagang semata. Demokrasi adalah suatu mania belaka, dimana setiap orang bersaing sambil berteriak sama rasa sama rata.Albert Camus Albert Camus (1913-60), tidak sering disinggung dalam pengajaran eksistensialisme dewasa ini. Walaupun selalu membantah bahwa dirinya adalah seorang eksistensialis, Camus selalu diasosiasikan dengan sebutan itu. Dalam bukunya The Myth of Sisyphus (1942), Camus tidak memfokuskan diri pada masalah-masalah yang terkait dengan isu kebebasan, tetapi menekankan pada hakikat absurd dari eksistensi, bagaimana manusia menanganinya, dan bagaimana meneruskan kehidupan. Camus merujuk absurditas sebagai jurang antara apa yang diharapkan manusia dalam kehidupan dan apa yang mereka benar-benar temukan. Individu-individu yang mencari ketertiban, harmoni dan bahkan kesempurnaan.[9]
    BAB III
    PENUTUP
    A. Kesimpulan
    Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu makhluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkrit.
    Pemikiran tentang eksistensialisme memiliki pengaruh yang cukup besar dalam dunia filsafat. Nama eksistensialisme memang hanya disenangi oleh Jean Paul Sastre (1905-1980), filosof Prancis terkenal, penulis, dan penulis naskah drama, menjadi yang paling bertanggung jawab untuk penyebaran gagasan eksistensialime yang luas.
    Pandangan eksistensialis adalah suatu doktrin yang memungkinkan kehidupan manusia. Eksistensialime mengajarkan bahwa tiap kebenaran dan tiap tindakan mengandung keterlibatan lingkungan dan subyektifitas manusia.Martin Haidegger Menurut Martin Haidegger bahwa keberadaan hanya akan dapat dijawab melalui jalan Anologi, artinya jika persoalan ini dihubungkan dengan manusia dan dicari artinya dalam hubungan ini.
    B. Saran
    Kritik dan saran sangan penulis harapkan demi Khasanah Kewilmuan dan perbaikan kedepannya, agar kekeliruan dan kesalahan itu semakin ter minimalisir.






    DAFTAR PUSTAKA

    Sadulloh. Uyoh, 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : CV. Alfabeta.
    Achmadi. Asmoro, 2009. Filsafat Pendidikan. Jakarta : Raja Wali Pers
    file:///C:/Users/toshiba/Documents/ekitensialisme%201.maff
    file:///C:/Users/toshiba/Documents/Aliran%20Filsafat%20Pendidikan%20Eksistensia
    lisme%20~%20Blog%20Anshar.maff
    http://adipustakawan01.blogspot.com/2013/06/aliran-eksistensialisme.html
    http://mukhtaribenk.blogspot.com/2010/10/filsafat-eksistensialisme.html
    http://sangperaihimpian.blogspot.com/2012/02/makalah-eksistensialisme.html


    [1]Asmoro Achmadi, Filsafat Umum. (Jakarta : Rajawali Pers, 2009). h. 127
    [2]http://sangperaihimpian.blogspot.com/2012/02/makalah-eksistensialisme.html
    [3]http://mukhtaribenk.blogspot.com/2010/10/filsafat-eksistensialisme.html
    [4]http://adipustakawan01.blogspot.com/2013/06/aliran-eksistensialisme.html
    [5]Op.cit. h 128
    [6]Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung : CV Alfabeta, 2003). hal. 133
    [7]Op.cit 252
    [8]file:///C:/Users/toshiba/Documents/Aliran%20Filsafat%20Pendidikan%20Eksistensialisme%20~%20Blog%20Anshar.maff
    [9]file:///C:/Users/toshiba/Documents/ekitensialisme%201.maff
















































































    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel