Recent Posts

    metode baca alquran


    BAB I
    PENDAHULUAN
    A. Latar Belakang
    Al-Qur’an bagi kaum muslimin adalah kalamullah yang diwahukan kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat jibril. Kitab suci ini memiliki kekuatan yang luar biasa yang berada diluar kemampuan apapun, kandungan pesan ilahi yang disampaikan kepada rasul pilihan-Nya pada permulaan abad ke-7 itu telah meletakkan basis untuk kehidupan individu dan sosial kaum muslimin dalam segala aspeknya.
    Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pelajaran yang pokok di sekolah, dan salah satu materi yang dipelajari dalam Pendidikan Agama Islam adalah baca tulis Al-Qur’an. Materi baca tulis Al-Qur’an ini sangatlah penting dan merupakan pedoman hidup bagi setiap muslim. Setiap umat Islam dituntut untuk dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai ilmu tajwid. Untuk itu para guru Agama Islam tidak saja dituntut untuk mengajarkan bagaimana cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, melainkan juga dituntut untuk mengajarkan bagaimana cara menulis dan menyalin tulisan latin ke dalam tulisan Al-Qur’an (bahasa Arab).
    B. Rumusan Masalah
    1. Apa pengertian baca tulis Al-Qur’an?
    2. Kk
    3. Kkk
    4. Kkk
    C. Tujuan
    1. Mengetahui pengertian baca tulis Al-Qur’an.
    2. Jj
    3. Kk
    4. kk
    BAB II
    PEMBAHASAN
    METODE-METODE ALTERNATIF CARA CEPAT BACA TULIS AL-QUR’AN
    A. Pengertian Baca Tulis Al-Qur’an
    Secara etimologi kata “baca” adalah bentuk kata benda dari kata kerja “membaca” dan “tulis” adalah bentuk kata benda dari kata kerja “menulis”. menurut kamus umum bahasa Indonesia, membaca diartikan melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis itu. Sementara menulis diartikan membuat huruf atau angka, melahirkan, pikiran atau gagasan. Melahirkan pikiran atau perasaan tidak dapat dilukiskan tanpa membaca sesuatu yang menjadi sasaran atau objek tulisan.
    Membaca dalam hal berkenaan dengan al-Qur’an dapat diartikan melihat tulisan yang terdapat pada al-qur’an dan melisankannya. Akan tetapi membaca al-Qur’an bukan hanya melisankan huruf , tetapi mengerti apa yang diucapkan, meresapi isinya, serta mengamalkannya. Imam Al-Ghazali mengungkapkan sebagai berikut: “Adapun kalau menggerakan lidah saja, maa akan makin sedikit yang diperolehnya, karena yang dinamakan membaca harus ada perpaduan antara lidah, akal dan hati. Pekerjaan lidah adalah membenarkan bunyi huruf dengan jalan tartil (membaca perlahan-lahan dan teratur). Pekerjaan akal mengenang makna dan tujuannya, sedangkan pekerjaan hati adalah menerima nasehat dan peringatan dari apa yang dipahaminya.
    Membaca adalah suatu kegiatan yang melibatkan seluruh struktur mental manusia sebagai seorang individu. Meski demikian, bukan berarti membaca al-Qur’an dalam arti melisankan huruf-huruf yang terdapat didalamnya tidak ada gunanya, tetapi merupakan suatu kebaikan, asal sesuai dengan kaidah-kaidah membaca yang berlaku.
    Sementara itu dalam hal kemampuan menulis terdapat dua pendekatan, yaitu proses dan produk. Setiap siswa pada prinsipnya berbeda baik dari segi kemampuan, minat, kebutuhan, gaya belajar dan sebagainya. Pendekatan proses memandang kegiatan menuis harus dilaksanakan berdasarkan berbedaan tersebut. Hal mana siswa membentuk sendiri topic dan gaya menulis sedangkan pada pendekatan produk siswa diberi rambu-rambu oleh guru.
    Menulis bukan hanya aktivitas melukiskan lambang-lambang grafik melainkan proses berpikir. Tulisan dapat menolong manusia dalam melatih dan berpikir kritis. Untuk menumbuhkan budaya menulis siswa pada al-Qur’an dapat dilakukan dengan mengajarkan kepada siswa bagaimana bentuk-bentuk tulisan yang benar.
    Jadi, baca tulis al-qur’an merupakan kegiantan seseorang dalam melisankan serta melambangkan huruf-huruf al-Qur’an. Sementara kompetensi baca tulis al-Quran merupakan kesanggupan seseorang dalam melisankan dan atau membunyikan serta melambangkan huruf-huruf al-Qur’an. Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa pendidikan al-Qur’an merupakan salah satu materi atau bahan pelajaran dalam pendidikan yang lama islam untuk mengarahkan siswa kepada kemampuan membaca, menulis, memahami dan menghayati al-Qur’an untuk menjadikannya sebagai pedoman hidupnya.
    B. Metode-Metode Membaca dan Menulis Al-Qur’an
    Metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Kemampuan untuk memilih dan menetapkan suatu metode harus memiliki guru semenjak awal sehingga tidak salah dalam penggunaan metode tersebut. Pilihan suatu metode sangat bergantung pada :
    1. Tujuan yang ingin dicapai pada proses belajar mengajar.
    2. Siswa yang belajar, mengenai kemampuan dan latar belakangnya.
    3. Guru yang mengajar, mengenai kemampuan dan latar belakangnya.
    4. Keadaan proses belajar mengajar.
    5. Alat dan sarana yang tersedia.
    Dalam pembelajaran Al-Qur’an, metode memegang peranan yang tidak kalah penting dalam komponen-komponen lain. Metode baca dan tulis al-Qur’an adalah suatu cara atau jalan untuk memudahkan pelaksaan pembelajaran Al-Qur’an. Untuk dapat membaca dan menulis Al-Qur’an seseorang harus terlebih dahulu mengenal huruf-hurufnya, karena tanpanya adalah tidak dimungkinkan bisa membaca ataupun menulis Al-Qur’an.
    C. Metode Baghdadiyah
    Metode ini paling lama digunakan dikalangan ummat Islam Indonesia dan metode pengajaran memerlukan waktu yang cukup lama. Adapun pengajaran metode ini adalah anak didik terlebih dahulu harus mengenal dan menghafal huruf hijaiyah yang berjumlah 28 (selain Hamzah dan Alif). Sistem yang diterapkan dalam metode ini adalah:
    1. Hafalan
    Santri diberi materi terlebih dahulu harus menghafal huruf hijaiyah yang berjumlah 28. Demikian juga materi-materi yang lain.
    1. Eja
    Eja ini harus dilakukan oleh siswa sebelum membaca perkalimat. Hal ini dilakukan ketika belajar pada semua materi. Contoh ABA tidak langsung di baca AbA tetapi dieja terlebih dahulu; Alif fatha A, Ba' fatha Ba jadi ABA
    1. Modul
    Siswa terlebih dahulu menguasai materi, kemudian ia dapat melanjutkan materi berikutnya tanpa menunggu siswa yang lain.
    1. Tidak Variatif
    Metode ini hanya dijadikan satu jilid saja
    1. Pemberian contoh yang Absolut
    Dalam memberikan bimbingan pada santri, guru memberikan contoh terlebih dahulu kemudian diikuti oleh santri.
    Metode ini sekarang jarang sekali ditemui, dan berawal metode inilah kemudian timbul beberapa metode yang lain. Dilihat dari cara mnegajarnya metode ini membutuhkan waktu yang lama karena menunggu santri hafal huruf hijaiyah dulu baru diberikan materi.
    Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu:
    1. Kelebihan
    a. Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi, santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah.
    b. Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya karena tidak menunggu orang lain.
    2. Kekurangan
    a. Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah dahulu dan harus dieja.
    b. Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam membaca.
    c. Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.
    D. Metode Al-Barqy
    Metode Al-Barqy dapat dinilai sebagai metode cepat membaca Al-Qur’an yang paling awal. Metode ini ditemukan dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Muhadjir Sulthon pada 1965. Awalnya, Al-Barqy diperuntukkan bagi siswa SD Islam At-Tarbiyah, Surabaya. Siswa yang belajar metode ini lebih cepat mampu membaca Al-Qur’an. Muhadjir lantas membukukan metodenya pada 1978, dengan judul Cara Cepat Mempelajari Bacaan al-Qur’an al-Barqy.
    Muhadjir Sulthon Manajemen (MSM) merupakan lembaga yang didirikan untuk membantu program pemerintah dalam hal pemberantasan buta Baca Tulis Al Qur’an dan Membaca Huruf Latin. Berpusat di Surabaya, dan telah mempunyai cabang di beberapa kota besar di Indonesia, Singapura & Malaysia. Metode ini disebut Anti Lupa karena mempunyai struktur yang apabila pada saat siswa lupa dengan huruf-huruf atau suku kata yang telah dipelajari, maka ia akan dengan mudah dapat mengingat kembali tanpa bantuan guru. Penyebutan Anti Lupa itu sendiri adalah dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Agama RI. Metode ini diperuntukkan bagi siapa saja mulai anak-anak hingga orang dewasa. Metode ini mempunyai keunggulan anak tidak akan lupa sehingga secara langsung dapat Mempermudah dan Mempercepat anak atau siswa belajar membaca. Waktu untuk belajar membaca Al Qur’an menjadi semakin singkat.
    Secara teoritis, metode ini apabila diterapkan pada anak kelas IV SD hanya memerlukan waktu 8 jam, bahkan bagi anak SLTA keatas hanya cukup 6 jam, sedangkan jika buku Al-Barqy diterapkan pada anak TK dengan cara bermain, maka dapat memicu kecerdasan. Adapun fase yang harus dilalui dalam metode Al-Barqy, diantara lain :
    1. Fase analitik,
    yaitu guru memberikan contoh bacaan yang berupa kata-kata lembaga dan santri mengikutinya sampai hafal, dilanjutkan dengan pemenggalan kata lembaga dan terakhir evaluasi yaitu dengan cara guru menunjukkan huruf secara acak dan santri membacanya.
    2. Fase penulisan,
    yaitu santri menebali tulisan yang berupa titik-titik.
    3. Fase pengenalan bunyi a-i-u, yaitu pengenalan pada tanda baca fathah, kasroh dan dhommah ( ا ا ا ).
    4. Fase pemindahan, yaitu pengenalan terhadap bacaan atau bunyi arab yang sulit, maka didekatkan pada bunyi-bunyi Indonesia yang berdekatan, misalnya: ذ dengan pendekatan د , ش dengan pendekatan س.
    5. Fase pengenalam mad, yaitu mengenalkan santri pada bacaan-bacaan panjang.
    6. Fase penganalan tanda sukun, yaitu mengenalkan bacaan-bacaan yang bersukun.
    7. Fase pegenalan tanda syaddah yaitu mengenalkan bacaan-bacaan yang bersyaddah (bunyi dobel).
    8. Fase pengenalan huruf asli yaitu mengenalkan huruf asli (tanpa kharokat).
    9. Fase pengenalan pada huruf yang tidak dibaca, yaitu mengenalkan santri huruf yang tidak terdapat tanda saksi (harokat) atau tidak dibaca, misalnya: والضحى
    10. Fase pengenalan menyambung, yaitu mengenalkan santri pada huruf-huruf yang disambung diawal, ditengah dan di akhir.
    11. Fase pengenalan tanda waqof, yaitu mengenalkan pada tanda-tanda baca seperti yang sering ditemui di Al-Qur’an.
    E. Metode Tilawati
    Metode Qiroati adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwd. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa dalam metode Qiroati terdapat dua pokok yang mendasar yaitu membaca Al-Qur’ansecara langsung dan pembiasaan pembacaan dengan tartil sesuai dengan ilmu tajwid. Membaca Al-Qur’ansecara langsung maksudnya adalah dalam pembacaan jilid ataupun Al-Qur’antidak dengan cara mengeja akan tetapi dalam membacanya harus secara langsung.
    Metode Qiroati merupakan metode yang yang bisadikatakan metode membacaAl-Qur’anyang ada di Indonesia, yang terlepas dari pengaruh arab. Metode ini pertama kali disusun pada tahun 1963, hanya saja pada waktu itu buku metode Qiroati belum disusun secara baik.Dan hanya digunakan untuk mengajarkan anaknya dan beberapa anak disekitar rumahnya, sehingga sosialisasi metode Qiroati ini sangat kurang.
    Berasal dari metode Qiroati inilah kemudian banyak sekali bermunculan metode membaca Al-Qur’anseperti metode Iqro', metode An-Nadliyah, metode Tilawaty, metode Al-Barqy dan lain sebagainya. Diawal penyusunan metode Qiroati ini terdiri dari 6 jilid, dengan ditambah satu jilid untuk persiapan (pra-TK), dan dua buku pelengkap dan sebagai kelanjutan dari pelajaran yang sudah diselesaikan, yaitu juz 27 serta Ghorib Musykilat (kata-kata sulit)
    Adapun kelebihan dari metode Qiroati diantara lain adalah sebagai berikut:
    1. Sebelum mengajar metode Qiroati para pendidik harus di tashih terlebihdahulu karena buku Qiroati tidak diperjual belikan dan hanya untuk kalangan sendiri yang sudah mendapat syahadah.
    2. Dalam penerapannya banyak sekali metode yang digunakan.
    3. Dalam metode ini terdapat prinsip untuk pendidik dan anak didik.
    4. Setelah ngaji Qiroati anak didik menulis bacaan yang sudah dibacanya.
    5. Pada metode ini setelah khatam 6 jilid meneruskan lagi bacaan–bacaan ghorib.
    6. Dalam mengajar metode ini menggunakan ketukan jadi dalam membaca yang pendek dibaca pendek.
    7. Jika anak sudah lulus 6 jilid beserta ghoribnya maka ditesbacaannya kemudian seteah itu anak didik mendapatkan syahadah.
    Adapun kekurangan dari metode Qiroati yaitu bagi yang tidak lancar lulusnya juga akan lama karena metode ini lulusnya tidak ditentukan oleh bulan atau tahun.














































































    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel