Recent Posts

    POLA PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI ANDALUSIA DAN SISILIA


    BAB I
    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang
    Dalam sejarah peradaban Islam, Andalusia dan Sisilia merupakan dua negara yang ditaklukkan oleh pemerintahan Islam dibawah kepemimpinan Bani Umayyah dengan melalui kekuatan angkatan perang. Spanyol lebih banyak dikenal dengan nama Andalusia yang diambil dari sebutan tanah semananjung Iberia, julukan Andalusia berasal dari kata Vandalusia yang artinya negeri bangsa Vandal, karena bagian selatan semananjung ini pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka dikalahkan oleh bangsa Ghotia Barat pada abad V. Daerah ini diuasi oleh Islam setelah penguasa Bani Umayyah merebut tanah semenanjung ini dari bangsa Gothi Barat pada masa Khalifah Al-Wlid ibn Abdul Malik.
    Pada saat itu Andalusia dan Sisilia adalah dua kerajaan yang dikuasai oleh Islam telah mengukir perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga keduanya menjadi gudang ilmu pengetahuan di belahan Eropa. Keberhasilan Islam menguasai Andalusia tujuh setengah abad lamanya (711-1492 M) dan Sisilia empat abad lamanya (827-1194 M)
    B. Rumusan Masalah
    1. Bagaimana sejarah masuknya islam di Andalusia.?
    2. Bagaimana pola pendidikan islam di Spanyol?
    3. Bagaimana sejarah masuknya islam di Sisilia.?
    4. Bagaimana pola pendidikan islam di Sisilia.?
    C. Tujuan
    1. Mengetahui sejarah masuknya islam di Andalusia.
    2. Mengetahui pola pendidikan islam di Spanyol.
    3. Mengetahui sejarah masukya islamdi Sisilia
    4. Mengetahui pola pendidikan islam di Sisilia.
    BAB II
    PEMBAHASAN
    POLA PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI ANDALUSIA DAN SISILIA
    A. Sejarah Masuknya Islam di Andalusia
    Al-Andalus (Arab: الأندلسal-andalus) adalah nama dari bagian Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) yang diperintah oleh orang Islam, atau orang Moor, dalam berbagai waktu antara tahun 711 dan 1492. Al-Andalus juga sering disebut Andalusia, namun penggunaan ini memiliki keambiguan dengan wilayah administratif di Spanyol modern Andalusia.
    Kondisi Andalusia pra kedatangan Islam sungguh sangat memprihatinkan, terutama ketika masa pemerintahan raja Ghotic yang melaksanakan pemerintahannya dengan besi. Kondisi ini menyebabkan rakyat Andalusia menderita dan tertekan. Mereka sangat merindukan datangnya kekuatan ratu adil sebagai sebuah kekuatan yang mampu mengeluarkan mereka saat itu, kerinduan mereka akhirnya menemukan momentnya ketika kedatangan Islam di Andalusia.
    Ketika Dinasti Umayah dipegang oleh Khalifah al- Walid bin Abdul Malik (al-Walid I ) (naik takhta 86 H 1705 M ), khalifah keenam. la menunjuk Musa bin Nusair sebagai gubernur di Afrika Utara Pada masa kepemimpinan Musa bin Nusair, Afrika sebagian barat dapat di kuasai kecuali Sabtah (Ceuta ) yang pada waktu itu berada di bawah kekuasaan Bizantium. Ketika inilah pasukan Islam mampu menguasai bagian barat sampai Andalusia.
    Penaklukan Islam di Andalusia  tidak terlepas dari kepiawaian tiga heroic Islam, yaitu Tharif Ibn Malik, Thariq bin Ziyad, Musa bin Nushair. Perluasan bani umayyah ke Andalusia  diawali oleh rintisan Tharif ibn Malik yang berhasil menguasai ujung paling selatan eropa, upaya ini kemudian dilanjutkan oleh Thariq bin Ziyad yang berhasil menguasai ibu kota Andalusia, Toledo. Kemudian ia juga menguasai Archidona, Elfiro dan Cordova. Bahkan raja Roderick (raja terakhir Vichigothic) berhasil ia kalahkan pada tahun 711 M.
    Keberhasilan Thariq dalam melumpuhkan penguasa di Andalusia dalam sejarah Islam dicatat sebagai acuan resmi penaklukan Andalusia oleh Islam. Kemudian ekspansi ini dilanjutkan pada waktu yang sama oleh Musa bin Nushair yang akhirnya mampu menguasai Andalusia bagian barat yang belum dilalui oleh Thariq, tanpa memperoleh perlawanan yang berarti. Keberhasilan ekspansi ini akhirnya bermuara dengan dikuasainya seluruh wilayah Andalusia ke tangan Islam. Pada saat itu kekhalifahan dinasti umayyah pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik hanya menjadikan daerah Andalusia sebagai sebuah keamiran saja. Ia menunjuk Musa bin Nushair sebagai amir di sana yang berkedudukan di Afrika Utara. Ketika dinasti umayyah di damaskus runtuh, perkembangan Andalusia kemudian dipegang oleh seorang pangeran umayyah Abdurrahman Ibn Mu’awiyah ibn Hisyam yang berhasil lolos dari buruan bani abbas. Tokoh inilah yang kemudian berhasil mendirikan kembali daulah bani umayyah di Andalusia.
    Islam masuk ke Spanyol (Cordova) pada tahun 93 H (711 M) dibawah pimpinan Tariq bin Ziayad yang memimpin angkatan perang Islam untuk membuka Andalusia dengan membawa 7000 orang pasukan. Dengan kekuatan tambahan, Thariq yang mengepalai 12.000 pasukan, pada 19 Juli 711  berhadapan dengan pasukan Raja  Roderick di mulut Sungai Barbate dipesisir laguna janda dan berhasil mengalahkan tentara Gotik yang merupakan kemenangan penting untuk memudahkan pasukan muslim melintasi dan penaklukan kota-kota Spanyol lainnya tanpa mengalami perlawanan berarti.[1]
    B. Pola Pendidikan Islam di Spanyol
    1. Kuttab
    Sebagaimana yang ditulis dalam sejarah peradaban pendidikan islam, dengan semakin meluasnya wilayah kekuasaan islam, telah ikut memperkaya dan memotivasi umat untuk mendirikan lembaga pendidikan seperti kuttab dan masjid. Begitu pula di Andalusia terdapat banyak kuttab-kuttab yang menyebar sampai kepinggiran kota. Pada lembaga ini, para siswa mempelajari berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan, seperti fikih, bahasa dan sastra, music dan kesenian. Kuttab termasuk lembaga pendidikan terendah yang sudah tertata dengan rapi disaat itu, sehingga kuttab-kuttab itu mempunyai banyak tenaga pendidik dan siswa-siswanya. Pada lembaga ini siswa-siswanya mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan diantaranya adalah:
    a. Fikih
    Pemeluk islam di Andalusia menganut mazhab Maliki, maka para ulama memperkenalkan materi-materi fikih dari mazhab Imam Malik. Tokoh-tokoh yang ternasyhur disini diantaranya tersebut nama Ziyad ibnu Abd. ar-Rahman dan dilanjutkan oleh Ibn Yahya. Yahya sempat menjadi kadi pada masa Hisyam ibn Abd Rahman, dn masih banyak nama-nama lain, seperti Abu Bakar ibn al-Qutiyah, Munzir Ibn Said al-Baluthi, dan Ibu Hazm yang sangat populer dikala itu.
    Santri pada kuttab mendapatkan pelajaran yang cukup lengkap dari ulama-ulama yang ahli dibidang ilmunya, sehingga para siswanya lebih cepat menyerap ilmu pengetahuan yang dipelajarinya, sehingga menumbuhkan minat belajar dikala itu.
    b. Bahasa dan Sastra
    Bahasa Arab menjadi bahasa resmi umat Islam di Spanyol, bahasa ini dapat dipelajari di kuttab, bahkan kepada siswanya diwajibkan untuk selalu melakukan dialog dengan memakai bahasa resmi islam (bahasa Arab), sehingga bahasa ini menjadi cepat populer dan menjadi bahasa keseharian.
    Tokoh-tokoh bahasa tersebutlah nama Ibn Sayidih, Ibn Malik yang mengarang Al-Fiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnathi. Dibidang sastra tersohor nama Ibn Abd. Rabbih dengan karya al-‘iqd al-Farid, Ibn Bassam dengan karyanya al-Dzakhirah fi Mahasin ahl al-Jazirah, dan Al-Fath ibn Khaqan dengan karyanya kitab al-Qalaid dan lain-lain.[2]
    c. Musik dan Seni
    Di Spanyol berkembang musik-musik yang bernuansa Arab yang merangsang tumbuhnya nilai-nilai kepahlawanan. Banyak tokoh musik dan seni bermunculan ketika itu, diantaranya, Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Ziryab (789-857).
    Ziryab selalu tampil pada acara-acara penjamuan kenegaraan di Cardova, karena ia merupakan aransemen musik yang handal dan piawai pula mengubah syair-syair lagu yang pantas dikonsumtifkan kepada seluruh lapisan dan tingkat umur. Kepiawaiannya bermusik dan seni membuat ia menjadi orang yang termasyhur dikala itu. Ilmu yang dimilikinya itu diajarkan kepada anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan dan juga kepada para budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas sangat cepat.[3]
    2. Pendidikan Tinggi
    Tidak dapat dipungkiri bahwa islam di Spanyol merupakan tonggak sejarah peradaban, kebudayaan dan pendidikan pada abad kedelapan dan akhir abad ketiga belas. Universitas Cardova berdiri megah dan menjadi ikon Spanyol, sehingga Spanyol termasyhur keseluruh dunia.
    Universitas ini tegak bersanding dengan Masjid Abdurrahman III, yang pada akhirnya berkembang menjadi lembaga pendidikan tinggi yang terkenal yang setara dengan Universitas Al-Azhar di Cairo dan Universitas Nizamiyah di Baghdad. Perguruan tinggi ini telah menjadi pilihan utama bagi generasi muda yang mencintai ilmu pengetahuan, baik dari belahan Asia, Eropa, Afrika, dan belahan dunia lainnya.
    Banyak yang pantas dilirik didaerah ini, khususnya dalam bidang pendidikan. Perpustakaannya saat itu tiada tandingannya, yang menampung kurang lebih empat juta buku yang mencakup berbagai disiplin ilmu. Buku-buku ini dikonsumtifkan untuk seribu lebih mahasiswa yang sedang menuntut ilmu.
    Selain itu, terdapat juga Universitas Sevilla, Malaga, dan Granada. Pada perguruan tinggi ini diajarkan ilmu kedokteran, astronomi, teologi, hukum islam, kimia, dan lain-lain. Pada lembaga ini terdapat para pengajar yang cukup dikenal antaranya, Abu Ali Qali yang ahli dibidang biologi. Namun, secara garis besar perguruan tinggi di Spanyol terdapat dua konsentrasi ilmu pengetahuan, yaitu:
    1) Filsafat
    Universitas Cardova mampu menyaingi Baghdad, salah satu diantaranya, karena mampu mengimpor ilmu filsafat dari belahan Timur dalam jumlah besar, sekalipun Baghdad termasuk pusat ilmu pengetahuan islam. Sehingga beberapa waktu sesudahnya melahirkan filosof-filosof besar dengan karya-karya emasnya.
    Ibnu Bajjah adalah filosof muslim yang pertama dan utama dalam sejarah kefilasafatan di Andalus. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Yahya ibnu Al-Sha’ig, yang lebih terkenal dengan nama Ibnu Bajjah. Orang Barat menyebutnya Avenpace. Ia dilahirkan di Saragossa (Spanyol) pada akhir abad ke-5 H/ abad ke-11 M.
    Tokoh yang lainnya terdapat nama Abu Bakr ibnu Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil disebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut pada tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay Ibn Yaqzhan.
    Pada akhir abad ke-12 masehi muncul seorang pengikut Aristoteles yang terbesar dalam kalangan filsafat islam, dia adalah Abu al-Walid Muhammad ibnu Ahmad ibnu Muhammad Ruyd dilahirkan di Cardova, Andalus pada tahun 510 H/1126 M, [11] yang terkenal dengan nama Ibn Rusyd. Kepiawaiannya yang luar biasa dalam ilmu hukum, sehingga dia diangkat menjadi ketua Mahkamah Agung di Cardova (Qadhi al-Qudhat). Karya besarnya yang termasyhur adalah Bidayah al-Mujtahid.
    2) Sains
    Sains yang berkembang di Andalusia pada masa itu banyak sekali, diantaranya ilmu kedokteran, matematika, kimia, fisika, pertanian, dan lain sebagainya. Diantara para ilmu yang termasyhur dalam bidang ilmu kimia dan astronomi adalah ibn Parnas. Ia adalah orang yang pertama yang menemukan pembuatan kaca dan batu.Perkembangan sains pada daerah ini diikuti pula oleh ilmu kedokteran, matematika, kimia dan musik serta lainnya, bahkan ada ilmuwan wanita yang ahli kedokteran, yaitu Umm al-Hasan binti Abi Ja’far.[4]
    3. Faktor-faktor yang mendorong perkembangan pendidikan islam di Andalusia
    a. Adanya dukungan dari penguasa, membuat pendidikan islam cepat sekali majunya, karena penguasa sangat mencintai ilmu pengetahuan dan wawasan jauh ke depan.
    b. Adanya beberapa sekolah dan universitas dibeberapa kota di Spanyol yang sangat terkenal (Universitas Cardova, Sevilla, Malaga, dan Granada).
    c. Banyaknya para sarjana islam yang datang dari ujung Timur dan ujung Barat wilayah islam dengan membawa berbagai buku dan berbagai gagasan. Ini menunjukkan bahwa, meskipun umat islam terdiri dari beberapa kesatuan politik, terdapat juga apa yang disebut kesatuan budaya islam.
    d. Adanya persaingan antara Abbasiyah dibaghdad dan Umayyah di Spanyol dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Kompetisi dalam bidang ilmu pengetahuan dengan didirikannya Universitas Cardova yang menyaingi Universitas Nizamiyah di Baghdad yang merupakan persaingan positif, tidak selalu dalam peperangan.[5]
    e. Pemerintah juga memberikan subsidi yang banyak terhadap pendidikan, yakni dengan murahnya buku-buku bacaan, atau diberikan penghargaan yang tinggi berupa emas murni kepada penulis atau penerjemah buku seberat buku yang diterjemahkan.
    f. Akses untuk pendidikan bagi semua rakyat dibuka selebar-lebarnya tanpa membedakan suku, ras, agama, dan golongan.
    g. Perhatian masyarakat dalam menuntut ilmu sangat besar dengan mempelajari dengan berbagai macam disiplin ilmu, tanpa membedakan dari manapun datangnya.[6]
    C. Sejarah Masuknya Islam di Sisilia
    Sisilia adalah sebuah pulau di laut tengan, letaknya berada di sebelah selatan semenanjung Italia, dipisahkan oleh selat Messina. Pulau ini bentuknya menyerupai segitiga dengan luas 25.708 km persegi. Sebelah utara terdapat teluk Palermo dan sebelah timur terdapat teluk Catania. Pulau ini di sebelah barat dan selatannya adalah kawasan laut Mediterranian, sebelah utara berbatasan dengan laut Tyrrhenian dan sebelah timurnya berbatasan dengan laut Ionian. Pulau sisilia
    Bergunung-gunung dan sangat indah, iklimnya yang baik, tanahnya subur, dan penuh dengan kekayaan alamnya.
    Sementara itu penaklukan umat Islam atas kepulauan Sisilia (bahasa Arab, Siqilliyah) merupakan buih terakhir dari gelombang serbuan  yang dibawa bangsa Arab ke Afrika Utara dan Andalusia. Karena masuknya Islam di Sisilia sangat terkait dengan masuknya Islam di Andalusia, bahkan disinyalir apa yang dicapai oleh dunia Eropa diabad modern sekarang ini tidak lain adalah warisan umat Islam di Andalusia dan Sisilia. Sisilia adalah sebuah pulau subur di Italia Selatan pernah dikuasai oleh bangsa Yunani, Romawi, Byzantium, Arab dan akhirnya jatuh ke dalam kerajaan Kristen Normandia serta kini menjadi bagian dari Italia. Usaha untuk menjadi wilayah penguasaan Islam atas pulau ini dimulai sejak Khalifah Usman bin Affan dengan mengirim gubernur Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 652 M, dan pada waktu Muawiyah menjadi Khalifah juga menyerang pulau Sisilia pada tahun 667 M, kemudian disempurnakan tahun 827 M, oleh amir Bani Aghlabi yang bernama Ziyadatullah bin Ibrahim (817-838 M) menyampaikan undangan salah seorang tokoh sisilia yang bernama Ephemius ke
    pemerintahan pusat di Bagdad d bawah khalifah Al-Ma’mun. Dan akhirnya Amir Ziyadatullah bin Ibrahim berangkat bersama pasukannya menuju Sisilia dengan kekuatan yang sangat besar jumlahnya berhasil menduduki Sisilia. Pulau ini selama 189 tahun merupakan satu propinsi daulah bani Aghlabi dengan ibu Kotanya Palermo.
    Ketika Islam datang penguasa Sisilia melawan dengan gigih dan pantang menyerah, berbeda ketika Islam datang ke Andalusia, tidak sulit ditaklukkan dan memilih damai. Seluruh Sisilia dikuasai oleh kaum muslimin di bawah pimpinan Bani Aghlab dan sejak itu berdiri dinasti Bani Aghlabiyah  selama 6 tahun ( 903 – 909 M ) dan Palermo sebagai ibu kota, kemudian dinasti Fathimiyah selama setengah abad ( 909 – 965 M ) , dinasti Kalbiyah selama 80 tahun ( 965 – 1044 M ) dan dinasti Normandia. Dinasti Aghlabiyah mampu memperluas kekuasaan sampai ke benua Eropa dengan silih berganti tentara Islam berlabuh di pantai selatan Italia di Laut tengah, sampai Italia, Prancis, Sardinia, Malta dan Sisilia.[7]
    D. Pola Pendidikan Islam di Sisilia
    1. Kuttab
    Kuttab adalah lembaga pendidikan terendah yang banyak terdapat di Sisilia. Tentang pola pendidikan kuttab di Sisilia ini, dikatakan oleh Abu Bakar Ibnul Arabi, mereka mempunyai cara yang baik dalam mengajar, yaitu bila telah kelihatan gejala-gejala kecerdasan pada seorang anak, dikirimlah dia ke Maktab. Di sana anak itu belajar menulis, berhitung, berbahasa Arab. Pada kota Palermo terdapat 300 orang guru kuttab.
    Dengan bukti banyaknya kuttab-kuttab yang berkembang dan lembaga pendidikan dapat diprediksi bahwa, pantas dalam waktu yang singkat Sisilia dapat mewujudkan impian besarnya yang terbukti sampai sekarang dengan masih eksisnya Universitas Palermo yang menjanjikan untuk kemajuan peradaban di dunia.
    2. Pendidikan Tinggi
    Kota Palermo merupakan bukti nyata dari kemajuan pendidikan Islam di Sisilia, dibuktikan dengan porsi pendidikan dan kuttab yang sangat banyak jumlahnya, pada daerah ini kemajuan pendidikan islam tidak jauh berbeda dengan kemajuan pendidikan di Spanyol dan dunia islam pada umumnya. Di Sisilia terdapat perguruan tinggi yang mereka samakan namanya dengan kotanya Palermo. Perguruan tinggi di Sisilia ini dapat menjawab semua harapan perkembangan ilmu pengetahuan, yaitu dengan adanya pusat kajian sains dan teknologi di kala itu.
    Sisilia telah menorehkan sejarah yang tak dapat di dustakan untuk peradaban dan perkembangan ilmu pengetahuan, karena pada daerah ini telah menetaskan ulama-ulama besar yang melahirkan karya-karya besar, diantaranya :
    a. Muhammad Ibu Khurasan dan Ismail ibn Khalaf, di bidang ilmu al-Qur‟an dan Qiraat.
    b. Abu Abbas dan Abu bakar ibn Muhammad al-Yamimi, dalam bidang hadist.
    c. Ibnu al-Farra dan Musa Ibn Hasan, dalam bidang ilmu kalam.
    d. Ali Hamzah al-Bahri dalam bidang sastra.
    e. Abu Sa‟id Ibrahim dan Abu Bakar al-Shiqali, bidang fisika, kimia dan matematika.
    f. Abu al-Abbas Ahmad ibn al-Slam, dalam bidang kedokteran.
    3. Faktor Pendukung Kemajuan Pendidikan Islam di Sisilia
    a. Para penguasa muslim di Sisilia adalah orang pecinta ilmu dan berwawasan luas. Mereka mengirim siswa-siswa berbakat untuk belajar di universitas-universitas terkemuka di dunia Islam.
    b. Menggaji para dosen, peneliti, dan ilmuan.
    c. Membebaskan para dosen, peneliti, dan ilmuan dari wajib militer.
    d. Migrasi para ilmuan, peneliti, dosen dan guru dari berbagai penjuru dunia Islam ke Sisilia, karena tertarik dengan tunjangan yang memadai.
    Dari beberapa faktor penyebab majunya pendidikan Islam di Sisilia, tidak terlepas dari masyarakat ketika itu yang sangat haus dan mencintai ilmu pengetahuan. Di sisi lain belahan Eropa waktu itu berada dalam kegelapan dan di ambang keterbelakangan, sehingga keadaan itu menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah Sisilia. Karena kebodohan akan menghantarkan kita kepada keterbelakangan. Sangat dapat dipahami bahwa kebijakan dan perhatian pemerintah Sisilia untuk kemajuan bidang pendidikan, telah pula berdampak besar bagi orang-orang yang hidup di zaman sekarang. Semua itu tentu akan dapat dijadikan mutiara berharga bagi umat yang mau menjadikan pelajaran, bagaimana kiat-kiat untuk memajukan pendidikan, dan peluang besar juga untuk ditiru oleh pemerintah yang ada sekarang.[8]
    BAB III
    PENUTUP
    A. Kesimpulan
    Di Andalusia terdapat banyak kuttab-kuttab yang menyebar sampai kepinggiran kota. Pada lembaga ini, para siswa mempelajari berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan, seperti fikih, bahasa dan sastra, music dan kesenian.
    Faktor-faktor yang mendorong perkembangan pendidikan islam di Andalusia, adanya dukungan dari penguasa, membuat pendidikan islam cepat sekali majunya, karena penguasa sangat mencintai ilmu pengetahuan dan wawasan jauh ke depan.
    Banyaknya kuttab-kuttab yang berkembang dan lembaga pendidikan dapat diprediksi bahwa, pantas dalam waktu yang singkat Sisilia dapat mewujudkan impian besarnya yang terbukti sampai sekarang dengan masih eksisnya Universitas Palermo yang menjanjikan untuk kemajuan peradaban di dunia.
    Faktor Pendukung Kemajuan Pendidikan Islam di Sisilia, para penguasa muslim di Sisilia adalah orang pecinta ilmu dan berwawasan luas. Mereka mengirim siswa-siswa berbakat untuk belajar di universitas-universitas terkemuka di dunia Islam.
    B. Saran
    Karya yang penulis susun ini bukanlah karya yang sempurna, maka penulis senantiasa mengharapkan masukan dan kritikan rekan-rekan pembaca yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini.
    DATAR PUSTAKA

    Nizar, Samsul. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
    Yulis, Rama. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
    https://muhdahlan.wordpress.com/2010/05/15/hello-world/.
    http://dokumen.tips/documents/pendidikan-islam-di-andalusia-dan-sisilia-spaaaaaaaaaaaaai.html.


    [1] https://muhdahlan.wordpress.com/2010/05/15/hello-world/.Diakses 29 september 2015 pukul 19.11
    [2] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011). H. 98-99
    [3] Rama Yulis, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011). H. 100-101
    [4] Ibid. H. 102
    [5] Loc. Cit. H. 101
    [6] Op. Cit. H. 98
    [7] http://dokumen.tips/documents/pendidikan-islam-di-andalusia-dan-sisilia-spaaaaaaaaaaaaai.html. Diakses 29 september 2015 pukul 19.20
    [8] Samsul Nizar. Op. Cit. H. 104-105









































































































    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel